Arsip untuk Januari, 2010

mama….

Mengubah kalimat Ikal dalam Sang Pemimpi, “ Ayah adalah juara satu sedunia,”  menjadi  “ Ibu adalah juara umum sedunia,”. Yah, ibu adalah juara umum sedunia bagi saya—dan, berharap juga bagi kita–.

Ia sosok yang sangat mulia, dalam senyum tanpa peduli rasanya kepedihan ia mampu menghadirkan kita ke dunia ini. Mengenal tentang kehidupan yang harus kita jalani. Ia juara umum dalam hidup kita. Sang juara bagi kesuksesan kita. Maka tak akan habis cerita tentang sang ibu. Tentang senyum, air mata, dan kebahagiaan. Perjuangan, kasih sayang, dan harapan. Betapa mulianya ibu dalam setiap catatan-catatan tentangnya. Maka izinkanlah saya bercerita tentang mama.

Pada awalnya saya mengenal sosok mama adalah orang yang sangat ’keras’ mengatur segala kehidupan saya meskipun kerap sekali ada kemanjaan dalam kasih sayang yang diberikannya. Namun semuanya berubah saat ia dengan gigih ’mencampakan’ saya ke daerah yang sama sekali tidak saya kenal. Sekolah dalam ’kurungan’ asrama tanpa sosok dia. Tiap pulang sekolah biasanya saya sudah menemui sepiring nasi dan lauk pauk yang lezat di dapur tentu saja juga menemui sosok mama yang selalu tersenyum menyambut tas saya, memeriksa isi tas saya. Apakah ada PR atau nilai ’2’ tertera di buku tulis saya. Tapi, di sini semua berubah. Pulang sekolah, saya mesti mengantri mengambil makanan, berjalan seorang diri, dan makan tanpa cerita dari mama. Awal yang menyedihkan membuat saya sempat membenci sosok mama. Tapi, awal dimana keberanian tubuh di dalam diri saya. Biasanya, saya selalu berada di balik punggungnya. Apa-apa serba mama. Semua kata selalu terucap kata ’’mama’’. Hingga saat SD teman saya takut menganggu saya karena tentu saja ada mama yang selalu membela saya. Saya berani berjalan sendiri, melewati hari sendiri. Dan, bahwa hidup tidak sebatas ada mama disamping kita tapi ia selalu ada di jiwa dan setiap langkah ini. Saya tumbuh menjadi anak yang cukup berani bagi diri saya sendiri meskipun terkadang rada ’introvert’ dan masih menyimpan ’manja dan pemalu tingkat tinggi’. Tapi, inilah saya. Saya banyak menghabiskan waktu tanpa ada mama disamping saya dan tak ada komunikasi yang intens. Terlalu sibuk dengan dunia saya. Tapi, perjuangannyalah yang membuat saya begitu mencintainya. Sadar betapa saya sangat menyayanginya. Dalam kerinduan yang sangat, ia membebaskan saya memilih hidup sesuai apa yang saya inginkan. Membiarkan saya begitu larut menikmati dunia yang saya ciptakan. Berjuangan untuk menerima saya meskipun jauh dari harapannya terhadap ’saya’. Berdamai dalam diri sendiri. Mama membiarkan saya berjuang sendiri melewati masa remaja saya. Melangkah mengenal dunia yang awalnya hanya saya kenal dari apa yang selama ini saya baca. Tapi, meskipun mama membiarkan saya berjalan sendiri namun saya selalu dihantui oleh senyumnya. Oleh kasih sayangnya yang begitu indah. I love mom…. Dalam kemanjaan yang selalu saya terima dari mama, mama mengajarkan saya bagaimana kedewasaan mesti dihadapi meskipun saya belum siap untuk menuju ruang ’kedewasaan’. Tentang kesederhanaan, tentang buku yang tanpa sadar mama kenalkan kepadaku, tentang ilmu yang sangat indah, tentang pentingnya keluarga, tentang damainya rumah terbungkus dalam kasih sayangmu. Aku mencintaimu, mama…. Terlepas dari perjuanganmu yang begitu indah. Terima kasih atas kemerdekaan yang telah mama ’amanah’ kepada saya.

Saya merindukanmu, mama…..

 

Ini merupakan cat. di notes FB gue yang gue persembahkan buat nyokap gue tepat di hari ibu. Betapa gue menyayanginya. Malam ini, sengaja gue mempostingan ini ke blog gue setelah terpendam dalam emosi kegeraman pada curhatan teman gue tentang sosok nyokapnya. betapa ia membenci sang nyokap. Bagi gue, nggak ada alasan loe utk membenci seseorang yg telah bersusah payah ngehadiri loe ke dunia ini. rasa ‘sakit’ yg sulit di ungkapkan dengan kata-kata.

IBU, MAMA, Apapun panggilan yang di tujukan kepada wanita yang mengandung dan melahirkan kita di dunia ini adalah sosok yang keren. Super hero….!!! G’ ADA ALASAN UNTUK MEMBENCI BELIAU. Rasulullah pun tiga kali menyebut kata ‘Ibu’. Betapa, mulianya dia…!!!

Seperti yg gue bilang, hidup adalah perjalanan, cerita dan mama….!!!

Akan ada namamu di setiap langkah ini mama… AKU Sayang Mama…….

 

 

Happy New Year 2010

Dulu gue nggak peduli masalah tahun baru itu apa. Sama seperti halnya ulang tahun. nggak ada istimewanya kecuali tanggal merah dan tidur sepuas-puasnya. Mungkin yang gue peduli dulu Idul Fitri (Euforia idul fitri:malam takbiran, THR, Baju lebaran dan MUDIK). 🙂
Semakin gue berjalan, melewati segala fase kehidupan ini (Halah….!) membuat gue lebih peduli pada tanggal dan hari-hari yang dianggap sejarah bagi orang lain termasuk tahun baru. Sama seperti halnya malam ini yang mengusik ‘kepedulian’ hati gue.
Tahun 2009 gue boleh batal ke Anyer ataupun Bandung mengingat pada saat itu jadwal liburan nggak bisa di tolerin buat ‘liburan’. Ataupun mengikuti eda pulang ke Padang (Gila, tiap tahun baru selalu di rumah. huh:( ). Tahun baru cuma dihabiskan dengan bakar-bakar di rumah K’ Eka bareng anak2 kinasih.
Beberapa hari sebelum menghadapi tahun baru, gue bingung mo ngapain. G’ ada teman, terperangkap dalam kegiatan online dan ‘sendiri’.( sampai mati gaya pun laptop masih menjadi ‘surga’ bagi gue….). Terjebak pada ‘euforia’ orang tentang tahun baru membuatku ‘sedih’. Gue cuma bilang ke Al, seperti ini:
“Paling, gue mo nonton ampe tengah malam terus nongkrong di bundaran H.I,” * Cuma masalahnya gue benar-benar ‘cekak’ banget.[ Dinar yang gue harap bisa nolongi gue cuma ngirim sms kyk ginih :”Waduh, maaph k’….gue udah usaha mo minjam ke teman gue Uang buat loe tapi kgk ada,” dan gue kehilangan no. semua org yg biasa gue minta tolong termasuk no.Abang gue. Huh….gue sms seorg teman kgk di balas. Argght…] Gue cuma bisa mo nangis menikmati ‘penderitaan’ ini. Ehm….

sms dari Heru yang mengajak acara tahun baru di depang langsung gue ‘sambut’ dengan dukacita. Selama perjalanan ke Depang ada sms dari anak Padus–teman-temannya Yudi– ngajaki ke rumah Siska. ini jelas seru. Membuat gue sedikit ragu. Tapi, gue tetap melangkah ke Depang, penasaran bergabung dengan anak-anak kecil jalanan. cukup Jauh juga di ajakin jalan kaki ke Depang. tapi, gue begitu menikmati.
Pemandangan pertama memasuki ‘Depang’ gue di sambut dengan ‘asap’ pembakaran sampah yang membuat dada gue ‘sesak’. [Gue emang udah biasa dengan debu jalanan ibu kota, tapi setidaknya selalu ada masker yang terkadang gue kenakan].
Tumpukan sampah dan tentu saja tawa anak kecil yang begitu bandel dan riuhnya minta ampun. beberapa lama gue terdiam menikmatinya. Apalagi saat melihat sebuah rumah yang…. *maaph, g’ pantas dihuni. bagaimana bisa tidur nyenyak dengan nyamuk dan tikus. dirumah K’ Idar saja sudah membuat gue nggak betah apa lagi ini. tapi, gue bertahan dan berusaha memikir tentang pelajaran hidup yang ‘baru’ gue dapati, berusaha gue cerna dalam setiap detik yang berlalu menyambut 2010.
Ada yang membuat gue ‘rada’ gimana saat disuguhi makan dengan ‘kerang’ dan ‘nasi dingin’ serta sambal. rebutan anak-anak yang antusias menyambut makanan, sedangkan gue menatap agak gimana ragu untuk memakannya. Pada akhirnya gue memakannya, ” ini makanan ka’…. nggak akan mati klo loe makan,” terdiam beberapa saat dan akhirya gue luluh juga memakannya. gue ikut menikmati seperti anak-anak yang menikmati makanan ‘lezat’ ini.
Ada miris di hati gue, saat mereka berebutan sprite dan rela mengambil gelas yg ‘tak layak’ demi bisa menikmati minuman tersebut. Apalagi saat sesi kuis dan nyanyi serta ‘kembang api’. gue hanya mampu menangis.
Saat renungan menyambut tahun baru, pas gue di persilahkan untuk ngomong. Gue nggak mampu untuk lagi berbicara. Merangkai kata yang takutnya hanyalah ‘kepedulian sesaat gue malam ini’ dan ‘omong doang’. cukup hati gue yang tahu bagaimana perasaan gue malam ini. ada kata-kata Heru yang keren dalam penggunaan ‘tanah basah’ untuk depang pada saat renungan.
Gue tidak tahu harus ngomong apa kepada BM yang udah ngajaki gue ke sini berbaur pada ‘wajah-wajah’ bocah yang ditangan merekalah janji bangsa ini tergengam untuk menjadi lebih baik. Terima kasih pada malam tahun baru ini. Terima kasih telah mengajarkan gue tentang rasa syukur dan ‘peduli’ terhadap mereka.
seperti yang Aris bilang. ” mereka rakyat, gue rakyat…”
Malam ini menjadi sangat berharga bagi gue, pengalaman pertama yang tidak mungkin terlupakan dalam sejarah hidup gue.
Terima kasih….!!